Senin, 20 Januari 2014

kisah nyata setelah 40 hari dari kematian

Kisah nyata  Sebagai Pembuktian
Kisah ini terjadi tahun 2005 di saat kakak dari seorang teman
saya, sebut saja Pak T yang barusan selesai membangun
rumah pondokan di wilayah Jaktim. Selama membangun
sampai selesai tidak terjadi gejala apapun. Nah giliran pada
waktu kamar pondokan telah laku disewa seseorang, mulailah
terjadi hal-hal yang aneh. Beberapa alat rumah tangga sering
berpindah tempat tanpa ada yang merasa memindah.
Beberapa kali si penghuni mengalami kesurupan “hantu”
perempuan. Yang paling mengganggu adalah munculnya bau
bangkai yang sangat menyengat tanpa dapat diketahui dari
mana sumber bau bangkai itu. Pak T lantas minta tolong
seorang Kyai untuk mengatasi bau bangkai tersebut. Beserta
para santrinya, Pak Kyai lantas mengadakan berbagai
upacara, doa-doa, wirid pengusiran makhluk halus
pengganggu. Namun demikian langkah itu belum
menampakkan hasil yang diharapkan. Kembali esok
malamnya, para santri menggali bagian lantai di bawah
tangga yang diduga menjadi sumber bau bangkai. Lantai
keramik digali, selanjutnya ditanam bunga setaman dan para
santri berdoa mengelilingi lobang galian tersebut. Selesai
upacara ritual itu para santri menutup kembali lantai yang
berlubang. Al hasil, esok harinya bau bangkai tetap
menyengat. Malah terasa semakin kuat menyengat baunya.
Selang dua minggu kemudian teman saya menceritakan
kejadian itu. Malamnya kami sempatkan datang ke rumah
Pak T. Begitu kami menginjak di halaman rumah pondokan
itu, tampak sosok perempuan sekitar usia 30 tahun
menyambut kami bersama istri. Berikut ini saya catat
komunikasi yang terjadi waktu itu;
P = perempuan misterius
S : Anda siapa ?
P : saya tidak punya nama. Saya dulu digugurkan orang
tuaku sewaktu umur 41 hari dalam perut ibuku. Jasad saya
dulu dikubur di pekarangan ini.
S : (hati kecil saya iba sekali mengetahui kronologi kisah
arwah perempuan itu) Baiklah, kalau gitu apa yang bisa saya
lakukan untuk membantumu ?
P : aku minta tolong disempurnakan, agar tidak ada lagi
ganjalan dalam meneruskan “perjalananku”.
S : rumahmu di mana ?
P : dia hanya menunjuk arah ke rumah pondokan Pak T.
S : ya, besok malam saya akan ke sini lagi. Oh ya apa
agamamu ?
P : diam hanya menggelengkan kepala.
S : oh ya maaf, aku tahu kamu belum sempat lahir sehingga
belum pernah mempunyai agama. Dan di dalam dimensi mu
sekarang, tentunya sudah tak diperlukan lagi agama.
Malam besoknya seperti sudah kami janjikan, sepulang dari
ngurus pekerjaan kantor, saya langsung mampir ke rumah
pondokan Pak T. Sebelumnya saya suruh seseorang
menyiapkan piranti upacara penyempurnaan arwah a la
tradisi Jawa berupa “tumpeng pungkur” komplit. Ubo rampe
ku bawa masuk ke rumah pondokan Pak T, dan arwah
perempuan membimbing saya menunjukkan lokasi di mana
dulu ia dikuburkan. Arwah perempuan itu masuk salah satu
kamar yang sudah laku di sewa orang. Saya dipersilahkan
masuk oleh orang yang menempati kamar itu. Ternyata
arwah perempuan itu menunjuk lantai tepat di bawah kolong
tempat tidur. Itulah tempat di mana ia dikubur. Setelah
upacara selesai kami laksanakan, lalu saya minta tolong
penghuni kamar yang kebetulan seorang muslim, untuk
membaca Surat Al Fatekah, dan Al Mulk (doa supaya
ditempatkan di dalam kemuliaan alam luhur). Kami sendiri
sibuk melakukan prosesi “penyempurnaan” arwah. Setelah
selesai prosesi, arwah itu tampak mengucapkan terimakasih
dan pamit akan melanjutkan “perjalanan”. Karena telah tidak
ada ganjalan lagi dengan masalah dunia. Ia hanya berpesan
menyebut nama Pak H dan Bu N sebagai nama kedua orang
tuanya. Si arwah minta tolong supaya kami mendatangi
orang tuanya untuk menyampaikan pesan supaya
membuatkan kuburan agar menjadi “monumen” bagi si
arwah.. Serta berpesan agar ortunya membuatkan nama
untuk si arwah perempuan tadi. Singkat cerita, Pak H
ternyata si pemilik tanah yang kemudian dibeli oleh
seseorang, lalu seseorang itu menjual lagi kepada Pak T.
Setelah ketemu dengan ortu si arwah, ternyata hanya pak H
saja yang dapat saya temui karena Bu N sudah tinggalnya
jauh dan bersuami orang lain.
Saya sampaikan apa adanya amanat si arwah kepada Pak H.
Ia terkejut kok bisa-bisanya anda tahu kejadian yang sudah
berlangsung sekitar 29 tahun lamanya. Saya geli, dalam hati
bergumam,” mana saya bisa tahu, saya kan cuma diceritain
anak bapak . Jadi wajarkan, anak Pak H itu kan tetap hidup,
hanya saja tidak punya jasad. Hanya saja sulit dilihat dengan
mata wadag.